Sabtu, 12 Februari 2011

Bahaya Lateks

Lateks
Lateks merupakan produk yang dibuat dari bahan karet. Karet dibuat dari getah pohon Hevea brasiliensis yang berasal dari hutan Amazon, Brasil. Lateks merupakan bahan utama beberapa produk seperti sarung tangan, latetr urin, tensimeter,karet spuit, peralatan gig, kondom, berbagai alat umah tangga dan lain-lain.
Getah karet alam (natural rubber latex) merupakan gabungan partikel yang mengandung 35 % cis, 1,4 polysoprene (karet), 55-60 % air, 5 -10% bahan lain (protein, karbohidrat, resin, lipid, kalium, magnesium,seng, mangan, tembaga dan besi). Sebagaian proteinalergen yang terdeteksi di dalam karet alam juga terdeteksi pada produk barang jadi lateks, dalam keadanan terurai atau bergabung dengan protein lain selama pengolahan. Selain menambah alergen, pemrosesan (klorinisasi, enzim pencernaan, pemanasan) juga dapat mengurangi protein alergen menjadi non-alergen. Dalam sarung tangan non-ammoniated di dapat ± 240 polipeptida, hanya 25 % dari peptida tersebut yang bereaksi dengan IgE orang yang alergi terhadap Lateks.
Antigen lateks pada sarung tangan dapat menyebabkan reaksi alergi sistemik melalui paparan langsung pada kulit maupun penyebaran pada udara yang diperkirakan terbawa oleh bedak/talk dalam sarung tangan, menyebabkan rinitis, asma bronkial, reaksi anafilatik.
Getah karet diolah menjadi bahan baku lateks melalui proses :
1.Pengawetan di lapangan. Getah karet yang terkumpul diberi amoniak.
2.Penampungan di tangki, untuk mendapatkan lateks yang homogeny.
3.Pengendapan. Lateks diendapkan 24 jam agar terjadi endapan kompleks fosfor, amoniak dan magnesium.
4.Sentrifugasi. Untuk mendapatkan endapan karet dengan kadar 61-63%
5.Homognisasi. Cream karet yang didapat dari sentriugasi dicampur dalam tangki besar, terjadi homogenisasi.
6.Pengecekan ulang stabilizer dan menjadi alergi lateks.
2.2 Lateks di Industry Pembuatan Sarung Tangan
Pembuatan sarung tangan NLR dimulai dengan panen lateks mentah, yang disadap dari pohon Hevea brasiliensis. Zat penstabil seperti amoniak dan bahan-bahan kimia lain untuk proses vulkanisasi kemudian ditambahkan pada lateks dalam proses yang disebut pencampuran (compounding). Lalu campuran ini disimpan dalam tangki sampai matang. Bermacam-macam tes kemudian dilakukan pada lateks yang sudah merupakan campuran ini sebelum diteriskan dengan proses pencelupan.
Proses pencelupan dijalankan dengan mesin yang bekerja terus-menerus angkatan demi angkatan (batch). Prosedur ini menghasilkan sarung tangan berserbuk, berklorin, bebas serbuk atau sarung tangan bebas serbuk berlapis.
Sesudah dicelupkan dan dibersihkan dalam sodium hipoklorit dan asam nitric, alat pembentuk sarung tangan yang bersih diberi zat penggumpal (koagulan), yang menyebabkan lateks mengendap pada alat pembentuk. Zat ini penting sekali untuk membentuk lapisan yang rata. Alat pembentuk sarung tangan yang tertutup dengan lapisan tipis penggumpal, kemudian dicelupkan ke dalam lateks yang sudah didinginkan. Lateks didinginkan untuk menunda terjadinya proses pra-vulkanisasi yang lebih jauh. Alat pembentuk kemudia diberi lapisan NLR yang menggumpal. Sesudah itu lapisan NLR mengalami serentetan proses pelelehan (leaching) yang pertama untuk menghilangkan sisa-sisa zat penggumpal. Sesudah proses pelelehan, lapisan tipi situ divulkanisasi di dalam oven dengan suhu antara 1200 C dan 1400 C. Proses vulkanisasi menghubung silangkan (cross-lingk) rantai polimer dengan sulfur dan tidak dapat diubah lagi. Akselerator yang ditambahkan selama fase pencampuran menambah kecepatandan efisiensi proses penyilangan. Protein lateks yang terdapat dalam sarung tangan kemudian dikurangi dengan proses yang disebut PEARL (Protein and Endogenous Allergen Reduction Leaching). Proses ini termasuk mencuci sarung tangan dalam tiga putaran: dengan air panas dan detergen selama 20 menit, disusul dengan dua kali bilas air panas masing-masing selama 20 menit. Proses ini mengurangi tingkat residu protein efektif dari 150 µg/dm2 menjadi kurang dari 50 µg/dm2. Sarung tangan lalu diuji coba untuk mengontrol mutu sebelum dikemas. Penggunaan bahan-bahan kimia dalam pembuatan sarung tangan NLR mengubah lateks dari bentuknya semula yang cair menjadi lapisan yang sangat tipis, elastic dan kuat. Akselerator adalah bahan kimia yang digunakan dalam proses pembuatan untuk mempercepat proses pengikatan antara sulfur dan bahan sarung tangan. Sulfur digunakan untuk membantu ikatan bahan sarung tangan guna membentuk produk dengna daya rentang dan susut yang tinggi. Zat ini juga menambah kekuatan sarung tangan, memberikan integritas pada lateks selama dipakai, dan menstabilkan lateks untukpenimpanan jangka panjang. Ada tiga kelompok utama campuran kimia yang digunakan sebagai akselerator: tiarum, ditiokarbamat dan merkaptobenzotiazola (MBT).
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya alergi dan ikut menimbulkan resiko alergi NLR termasuk:
1.Berkali-kali sering terdedah pada lateks untuk waktu yang lama
2Kontak antara allergen dengan selaput lendir, seperti mulut hidung dan bagian saluran pernafasan
3.Masuknya allergen ke dalam system peredaran
4.Seseorang yang atopic atau alergi terhadap allergen tanaman atau makanan.
2.3 Dampak Terpapanya Lateks Bagi Pekerja
Reaksi alergi oleh protein lateks dapat terjadi melalui kontak kulit atau mukosa dan berlangsung cepat yaitu dalam beberapa menit sampai beberapa jam setelah penderita terpapar antigen yang ditandai gejala pembengkakan atau kulit memerah, hidung dan mata berair, kram perut, sulit bernafas, tekanan darah menurun dan pasien mengalami guncangan (anafilaksis) yang berpotensi menimbulkan kematian.
Alergi lateks dapat menyebabkan reaksi yang merugikan yaitu bila pekerja terdedah pada allerge tertentu secara langsung atau melalui inhalasi. Mekanisme alerginya adlah sebagai berikut: alergi lateks yang beredar berhubungan silang dengan reseptor Ig-E pada sel-sel mast dan melepaskan histamine dan mediator kimia lainnya. Akhirnya terdapat Respon fisiologi yakni pelepasan mediator kimia mengakibatkan vasodilasi, meningkatkannya permeabilitas pembuluh darah kapiler, leukositosis darah dan jaringan.
Gejala dan tanda-tanda klinis alergi lateks:
Efek kulit : Ruam, Urtikaria lokal dan umum
Sedangkan efek sistemiknya adalah Oedema, Rinokonjungtivitis dan asma atau pembengkakan dan gatal pada kulit yang terddah, terutama pada muka; mata gatal dan berair, hidung, gatal dan ingusan; bersin dan sulit bernafas, batuk dan nafas berbunyi, merasa pusing atau ringan kepala disebabkan oleh tekanan darah rendah.Waktu mulainya reaksi biasanya 5-30 menit sesudah kontak mula-mula, tetapi dapat terjadi dengan segera.
Penyakit kulit yang berkaitan dengan serbuk sarung tangan terutama berhubungan dengan potensi efek abrasifnya. Yang dapat menyebabkan dermatitis kontak iritan, adhesi dan granuloma.
1.Dermatitis Kontak iritan disebabkan oleh efek abrasive serbuk tangan disertai iritasi yang disebabkan oleh seringnya mencuci tangan,bahan pembersih untuk mencuci tangan sebelum operasi, sabun dan detergen. Semua ini mengakibatkan benjolan keras, berkerak dan kering serta pecah-pecah horizontal pada kulit. Sepeti dermatitis gatal-gatal pada punggung tangan di bawah sarung tangan.
2.Adhesi dan granuloma terjadi jika seseorang tidak dapat meresap dan memetabolismekan tepung jagung. Adhesi adalah kumpulan jaringna berserat pada permukaan membrane tipis dan lembab (serous), yang menyebabkan selaput tersebut berhubungan dengan selaput pada permukaan atau organ yang berlawanan letaknya. Granuloma adalah sekelompok besar kelainan jaeringan tubuh yang tersendiri dan dapat dirunut ke pusatnya. Granuloma terbentuk sebagai reaksi peradangan yang disebabkan oleh agen kimia, fisik, maupun biologis.
2.4 Rekomendasi Untuk Penanganan Terhadap Alergi Lateks:
Pengendalian secara teknis, dapat dilakukan sebagai berikut:
1.Adanya fasilitas dasar untuk kebersihan diri berupa apncuran air
2.Kebersihan lingkungan tempat kerja dan pengendalian allergen atau bahan iritan lainnya yang dapat menyertai timbulnya dermatitis kontak allergen.
3.Mengurangi kontak dengan agen penyebab
4.Mengikuti suatu disiplin perawatan kulit secara teratur
Pengendalian secara Administratif
Diagnose dini penyakit akibat paparan allergen, melalui:
Pemeriksaan awal sebelum penempatan dan pemeriksaan secara berkala.
Upayakan diagnose yang pasti dan rekomendasi dari dokter berkualifikasi

1 komentar:

  1. mohon diberikan sumbernya..apakah dari skripsi, jurnal atau lainnya..karena saya ingin menggunakan artikel ini sebagai referensi...harap dibalas secepatnya.terima kasih.

    BalasHapus